Sabtu, 10 September 2016

Buku Misdinar














































Buku

P E L A Y A N   A L T A R


Yesaya, “Inilah aku, utuslah aku”

Kritik dan Saran dari pembaca/pengguna
sangat diharapkan demi penyempurnaan
buku ini



Dipersebahkan Oleh :

Seksi Liturgi
Stasi St. Fransiscus Xaverius Poigar



Desainer:

Junior  Lahea


Cetakan:

Junior Chiara



September 2016








































































Daftar Isi


Aturan Pokok dan Prosedur Tugas                                      1
Sejarah Misdinar                                                                    2
Tata Gerak Misdinar Misa Mingu Biasa                              4
Tata Gerak Misdinar Misa Hari Raya Secara Umum          9
Peralatan-Peralatan Untuk Misa                                           12
Warna Liturgi                                                                                    17
Jenis Pakaian Liturgi                                                             18
Daftar Paus Dalam Gereja                                                     23
Daftar Pustaka                                               











ATURAN POKOK
DAN PROSEDUR TUGAS

A.    PERSYARAT MENJADI MISDINAR

1.      Beragama Katolik Roma, yang menerima Sakramen Baptis, dan Komuni Pertama
2.      Anak-anak yang sudah menerima Komuni Pertama dan tanpa ada batasan usia
3.      Siap untuk ditugaskan jika diperlukan dalam segala bentuk missa
4.       

B.     PROSEDUR MENJALANKAN TUGAS
1.      Ketika bertugas, diminta untuk melepas alas kaki, kecuali pada saat-saat tertentu
2.      Menjaga keheningan di Sakristi baik saat sebelum bertugas
3.      Putra-Putri Altar datang paling lambat 15 menit sebelum tugas
4.      Masing-masing misdinar wajib untuk memahami tugasnya, sebelum tugas menjadi seorang misdinar dimulai.  Harap mengetahui tugasnya serta posisi duduknya masing-masing setelah mengetahui mendapat urutan ke-berapa.
5.      Tidak diperkenankan untuk saling bertanya di altar dan berbicara satu sama lain. Pastikan benar-benar memahami tugasnya sebelum bertugas.











SEJARAH MISDINAR

Kata misdinar berasal dari bahasa Belanda yang artinya pelayan misa. Jadi Misdinar itu adalah remaja putra atau putri yang sudah menerima komuni pertama yang mempunyai jiwa penuh pengabdian, tanpa pamrih, rela berkorban untuk melayani gereja dalam ibadat atau kebaktian liturgis, khususnya dalam perayaan Ekaristi.

Pelindung Misdinar
Santo Tarsisius menjadi Santo pelindung bagi para misdinar karena selain dia seorang putra altar, dia juga dengan tekun dan tanpa pamrih melayani imam dalam perayaan Ekaristi. Semangat berkorban yang dimiliki oleh Santo Tarsisius yang patut ditiru karena dia berani mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kekudusan Sakramen Mahakudus.
Santo Tarsisius lahir pada tanggal 15 Agustus sekitar tahun 250 di Roma. Setiap pagi, sebelum fajar ia sering melewati jalan-jalan dan lorong-lorong kota Roma ke tempat orang Kristiani berkumpul. Gua – gua bawah tanah, yang sebetulnya adalah kuburan, mereka gunakan sebagai tempat pertemuan. Tempat seperti itu dinamakan Katakomba. Yaitu sebgangn lurus panjang gelap dan ditutup oleh batu panjang. Mereka hanya berani berkumpul pada malam hari, karena agama mereka terlarang.
Pada zaman kaisar Valerianus, orang-orang Nasrani tidak diperkenankan untuk menerima sakramen (Tubuh Kristus) dan diharuskan untuk menyembah berhala. Bila tidak mau menyembah berha, maka akan ditangkap dan dibunuh. Pada suatu hari seperti biasa Tarsisius pergi ke Katakomba untuk mengikuti Misa. Pada saat itu Bapa Suci (Sri Paus) ingin mempersembahkan misa sendiri. Tapi hanya sedikit orang yang datang, karena kebanyakan dari orang Kristiani sudah ditangkap, adapula yang mengungsi ke luar kota untuk menyelamatkan diri. Tidak seperti biasa Tarsisius tidak langsung pulang, tetapi membantu untuk mengatur alat Misa. Saat itu Sri Paus mengeluh bahwa ada petugas penjara yang datang secara diam-diam. Dia bilang tawanan-tawanan Nasrani ingin sekali menyambut Tubuh Kristus sebelum dibunuh. Tetapi keadaannya tidak memungkinkan karena wajah Sri Paus sudah tidak asing bagi kebanyakan orang.
Maka dari itu Tarsisius memberanikan diri untuk memberikan sakramen kepada tawanan-tawanan tersebut. Pada pagi-pagi benar, Tarsisius berjalan menelusuri setiap Katakomba dan menuju penjara dimana para tawanan berada, dia membawa Hosti Suci dalam kotak emas dan dikalungkandengan tali pada lehernya serta menutupinya dengan toga yang ia pakai. Tetapi malang bagi nasibnya, di tengah perjalanan ia bertemu dengan teman-teman sekolahnya, teman-teman mengetahui bahwa ia membawa sesuatu dari orang Kristiani, mereka meminta paksa dan Tarsisius menolaknya, sehingga Tarsisius dilempari batu, dipukuli dan ditendang sampai sekarat.
Tak lama kemudian ia bertemu dengan seorang prajurit yang kebetulan beragama Nasrani. Anak-anak itu pun lari pontang-panting karena teriakan prajurit itu. Setelah itu ia meminta tolong kepada prajurit tersebut untuk mengantarkannya kepada para tawanan. Setelah prajurit itu bersedia untuk membawa Hosti Suci, Tarsisius pun dibawa ke rumah orang Kristiani terdekat dan ditinggalkan, karena prajurit itu mau mengantarkan Komuni Suci secara diam-diam kepada para tawanan. Tak lama kemudian Tarsisius meninggal, lukanya terlalu parah. Ia dimakamkan di Katakomba Kalikstus, di Jalan Apia, dekat makam para Sri Paus.
Dari peristiwa tersebut maka Gereja memilih dia menjadi pelindung akolit(proakolit), karena telah mengorbankan hidupnya demi Ekaristi Kudus. Martir suci ini diperingati setiap tanggal 15 Agustus.













TATA GERAK MISDINAR PERAYAAN EKARISTI

Misa Pada Hari Minggu Biasa

I.     Ritus Pembuka
1.      Perarakan Pastor/Imam

Perarakan dimulai dari depan gereja atau tergantung Paroki kalian masing-masing. Pada umumnya, perarakan dimulai dari depan pintu gereja.
Urutan perarakan :
a.       Misdinar (Salib, dua lilin berikutnya misdinar yang lain jika diperlukan),
b.      petugas liturgi (Lektor dan Pemazmur),
c.       Imam
Semuanya lalu berarak menuju altar dengan tangan misdinar terkatup tetapi kedua ibu jari membentuk silangan lalu tangan ditempel di ulu hati bagi yang tidak memegang alat/bahan.

Setelah rombongan perarakan sampai didepan Altar, semuanya lalu mengambil posisi melebar dan menyiapkan ruang di tengah untuk Imam. Lalu Imam akan mengajak untuk menghormati altar dan Tabernakel, cara menghormatnya bisa dengan membungkuk 45° atau berlutut dengan kaki kanan saja. Setelah menghormat, Imam akan berjalan menuju kebelakang Altar, lalu mencium altar. Rombongan misdinar tadi masih diposisi awal, dan tidak menghormat lagi ketika Imam mencium Altar. Setelah itu, misdinar menuju tempat duduknya, tapi masih dalam keadaan berdiri.

2.      Tanda salib

Selebran membuka perayaan Ekaristi dengan memimpin Tanda Salib, sementara umat dan misdinar masih berdiri.

3.      Salam pembukaan dan Pengantar hingga ke Doa Pembukaan

Misdinar tetap berdiri dan keadaan tangan masih terkatup. Sampai ke Doa Pembukaan.


II.   Liturgi Sabda
1.      Bacaan Pertama hingga Bacaan Kedua

Ketika Imam selesai berdoa pembukaan, seluruh umat akan duduk, tetapi, misdinar belum. Jika tempat duduk Imam berdekatan dengan tempat duduk Misdinar, maka, misdinar bertugas untuk mengangkat kasula Imam ketika Imam akan duduk, sehingga Kasula tidak diduduki oleh Imam. Setelah itu, misdinar lalu duduk. Tetapi jika tidak berdekatan, misdinar boleh duduk ketika Imam sudah duduk. sikap tubuh ini berlanjut terus hingga selesai Bacaan Kedua.
Misdinar mengambil lilin bernyala lalu mendampingi pembaca Kitab Suci.

2.      Bacaan Injil

Misdinar mendampingi Imam disebelah kiri dan kanan Ambo (mimbar macaan) sambil memegang lilin bernyala. Jangan sampai lilin tersebut menjadi penghambat ruang gerak Imam.

3.      Homili hingga Doa Umat

Pada homili, misdinar duduk dengan posisi yang anggun dan pada saat Syahadat dan Doa Umat misdinar berdiri. Pada bagian Syahadat, ketika bagian “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria”, misdinar membungkuk seperti yang tadi. Ini lebih ke penghayatan dan penghormatan akan Bunda Maria.

III.    Liturgi Ekaristi
1.      Persiapan Persembahan

Ketika “Amin” dalam Doa Umat selesai diucapkan, dua orang misdinar lalu menuju Meja Kredens. Tapi sebelumnya, harus menghormat Altar dan Tabernakel. Cara menghormatnya bisa dua cara tadi, membungkuk ataupun berlutut dengan menekuk kaki kanan dan lutut tepat dilantai. Lalu misidinar menuju Kredens. 
a.       Awalnya misdinar mengantar sibori berisi hosti dan piala (disini piala sudah disusun sedimikian rupa dengan urutan dari bawah keatas, piala- kain purifikatorium- patena- hosti besar- sendok kecil(bila ada)- palla- kain corporal). Ketika sudah maju kesamping Altar, misdinar menghormat membungkuk, lalu memberikannya kepada Imam. Lalu kembali ke Kredens dengan meghormat membungkuk terlebih dahulu.
b.      Selanjutnya, misdinar meghantar ampul berisi air dan anggur. Apabila ampulnya memiliki tangkai telinga seperti cangkir, tangkainya dibuat kearah Imam untuk memudahkan Imam mengambilnya. Seperti biasa, sebelum dan sesudah menghantar barang persembahan air anggur, misdinar harus membungkuk menghormat. Setelah itu, misdinar kembali ke Kredens.
c.       Misdinar selanjutnya mempersiapkan Lavabo dan kain lap. Lalu, kedua misdinar tersebut maju ke samping Altar atau mendekati Imam dan menghormat seperti biasa. Lalu misdinar pemegang lavabo menuangkan air ke tangan Imam dan mencuci tangannya. Setelah mencuci, misdinar yang memegang kain lap, memberikan lap itu kepada Imam dalam keadaan terbentang. Setelah itu, misidnar kembali ke Kredens untuk meletakkannya ketempat semula. Ingat, sebelum kembali ke Kredens, misdinar menghormat lagi seperti tadi.
d.      Setela mengembalikan Lavabo dan lap tangannya ke Kredens, misdinar kembali ketempat duduknya dan menghormat lagi seperti tadi mau menuju Kredens.

2.      Penghunjukkan Persembahan
Apabila Imam mengucapkan doa dengan lantang “Terpujilah Allah…..” misdinar bisa saja duduk. Tetapi bila langsung dilanjut ke doa persembahan dengan ajakan "Berdoalah, saudara-saudari……" dan umat menjawab dengan "Semoga persembahan ini….." misdinar langsung berdiri.

3.      Prefasi
Prefasi diawali dengan dialog pembuka, Imam berkata, “Tuhan sertamu” lalu umat menjawab “Dan sertamu juga”. Ketika umat menjawab dan sertamu juga, lonceng dibunyikan. Lalu Imam melanjut dialog sampai ke bagian prefasi terakhir sambil mengajak umat menyanyikan/mengucapkan Kudus.

4.      Kudus
Ketika Kudus dinyanyikan/diserukan, misdinar bisa langsung mengambil tempat berlutut ketika Doa Syukur Agung nanti.

5.      Doa Syukur Agung
Ketika Kudus selesai dinyanyikan ataupun diserukan, misdinar berlutut ditempat yang sesuai. Lalu DSA dimulai. Pada bagian epiklesis selesai, bagian ketika Imam mengubah roti dan anggur mrnjadi Tubuh dan Darah Kristus, misdinar membunyikan lonceng, tapi tidak terlalu lama. DSA berlanjut ke bagian Konsekrasi, setelah selesai mengatakan “Terimalah dan makanlah. Inilah Tubuhku yang diserahkan bagimu”, Imam lalu mengangkat Tubuh Kristus, lalu misdinar membunyikan gong ataupun lonceng tiga kali dengan jeda yang tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat pula. Setelah itu, Imam akan menurunkan Tubuh Kristus, lalu menghormat. Ketika Imam menghormat, misdinar lalu membunyikan lonceng panjang sampai Imam selesai menghormat.
Selanjutnya ketika Imam selesai mengatakan  :
“Terimalah dan minumlah. Inilah Darahku, Darah perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkanbagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku”, misdinar lalu membunyikan lonceng ataupun gong tiga kali seperti yang tadi. Setelah selesai, Imam akan menurunkan piala lalu menghormat dan misdinar membunyikan lonceng hingga Imam selesai menghormat.
DSA dilanjutkan hingga selesai dengan misdinar tetap pada posisi berlututnya tadi.Saat selesai, DSA akan ditutup dengan Doksologi dan umat menjawab dengan “Amin” tiga kali, lalu misdinar membunyikan lonceng panjang hingga selesai “Amin” dinyanyikan. Apabila tidak dinyanyikan, lonceng tidak dibunyikan.
Setelah itu, misdinar bangkit dan kembali ketempat duduknya tapi masih dalam eadaan berdiri karena Doa Bapa Kami akan dimulai.

6.      Komuni

1.      Doa Bapa Kami- Komuni


Misdinar tetap berdiri. Lalu saat menerima Komuni, misdinar menerima seperti umumnya dan berdoa. Setela itu, misdinar langsung mengambil lilin lalu menemani para Prodiakon membagikan Tubuh dan/atau Darah Kristus. Setelah selesai menemani Prodiakon, misdinar lalu kembali bersama Prodiakon dan mengembalikan lilin, lalu duduk di tempat duduknya.
Setelah Komuni selesai, dua orang misdinar kembali menuju Kredens. Misdinar lalu membawa air sisa di ampul tadi lalu mendekati Imam yang memegang piala lalu menuangkannya. (sebelum dan sesudah menuangkannya misdinar menghormat lagi ya). Lalu menuju Kredens lagi untuk meletakkan ampulnya. Lalu, misdinar berjaga apabila Imam mulai meletakkan piala dan susunannya dan sibori yang digunakan tadi. Apabila Imam mulai meletakkannya, misdinar lalu mengambilnya dan mengembalikkannya ke Kredens dengan keadaan rapi.

2.      Doa Sesudah Komuni
Misdinar berdiri.

IV.    Ritus Penutup

1.      Pengumuman.
Misdinar duduk, tapi setelah Imam duduk. Ketika Imam akan duduk misdinar mengangkat Kasula Imam sehingga Imam tidak mendudukinya.


2.      Berkat dan Pengutusan
Misidinar berdiri untuk menerima berkat.

3.      Perarakan keluar
Setelah pengutusan, Imam akan mencium Altar kembali. Setelah itu, misdinar langsung mengambil posisi didepan Altar seperti perarakan masuk tadi dengan memberikan ruang ditengah untuk Imam. Imam lalu memimpin penghormatan, bisa saja membungkuk ataupun berlutut. Setela menghormat, misdinar kembali ke Sakristi dan berdoa. Tapi, ketika perarakan keluar susunan barisan seperti pada saat masuk tadi. Usahakan berjalan keluar dengan anggun ya. 


Misa Pada Hari Raya secara Umum

Pada Hari Raya, tidak jauh berbeda dengan Ekaristi Masa Biasa. Berikut perbedaannya.
1.      Saat perarakan masuk, urutan perarakan misdinar. Misdinar pembawa wiruk dan kemenyan paling depan. Misdinar pembawa salib dibelakangnya diapit misdinar dua orang pembawa lilin bernyala, dibelakangya misdinar yang lainnya.
2.      Saat sebelum mulai perarakan misdinar pemegang dupa mendatangi Imam untuk menaburkan biji kemenyan (ratus) ke Wiruk yang sudah ada arangnya. Lalu Imam memberkatinya.
3.      Saat rombongan perarakan sampai didepan Altar dan setelah Imam selesai mencium Altar, Kkedua misdinar pemegang dupa tadi mendekati Imam. Lalu misdinar membuka wiruk, dan Imam menaburkan biji dupa kedalamnya. Lalu misdinar memberikan wiruk kepada Imam dan mulai mendupai Altar. Misdinar tidak perlu ikut mendampingi Imam. Setelah selesai Imam mendupai Altar, Imam akan memberikan wiruk kepada misdinar tadi. Lalu misdinar menghormat ke Imam dan mendupai Imam 2x3 (crek-crek, crek-crek, crek-crek). Setelah itu menghormat kembali lalu meninggalkan Panti Imam dan meletakkan Wiruk ditempatnya lalu kembali ketempat duduk dengan menghormat terlebih dahulu
4.      Ketika Bait Pengantar Injil selesai, misdinar pemegang wiruk dan kemenyan mengambil wiruk dan kemenyan mereka. Lalu ikut dengan misdinar pembawa lilin mendampingi Imam dalam membacakan Injil. Misdinar pendupa dibelakang imam. Setelah Imam selesai dialog “ Tuhan Sertamu,….dst” Imam akan menghadap ke para misdinar untuk menaburkan kemenyan itu ke wiruk lagi lalu Imam mendupai Evangeliarium. Setelah itu, Imam memberikannya kepada misdinar. Setelah Injil selesai, misdinar kembali ketempat duduk setelah mengemblikan barang yang mereka pegang tadi.
5.      Ketika persiapan persembahan setelah misdinar selesai menghantarkan air dan anggur, lalu misdinar pemegang wiruk dan kemenyan langsung datang mendekati Imam. Lalu Imam akan datang dan mulai menaburkan kemenyan kedalam wiruk lalu mendupai persembahan dan Altar seperti keadaan yang tadi ketika perarakan masuk. Setelah mendupa Altar dan persembahan, Imam lalu didupai oleh misdinar seperti yang tadi dengan aturan 2x3. Lalu misdinar yang ada di Kredens tadi melanjutkan dengan mencuci tangan dengan lavabo seperti Misa masa biasa.
6.      Setelah mendupai Imam, misdinar lalu mendupai umat ditempat yang serasi. Aturan pendupaannya 1x3 (crek (jeda),crek (jeda),crek(jeda)). Langkahnya, menghormat umat-meminta umat berdiri dengan kode tangan- mendupa- meminta duduk dengan kode tangan- menghormat- kembali ketempat penyimpanan wiruk. Yang menaburkan biji kemenyan disini adalah misdinar pemegang kemenyan.
7.      Tugas pendupa selanjutnya ada pada saat DSA. Ketika Kudus dinyanyikan, misdinar semua mengambil tempat berlutut yang serasi seperti misa Masa Biasa tapi dengan posisi ditengah pemegang wiruk dan kemenyan. Saat Konsekrasi, ketika Tubuh dan Darah Kristus diangkat Imam, misdinar mendupai dengan aturan 3x3. Langkahnya, crek-crek-crek (sambil bunyi gong sekali), crek-crek-crek (sambil bunyi gong sekali), crek-crek-crek (sambil bunyi gong sekali). Lalu setelah Imam menurunkan Tubuh dan Darah Kristus, lonceng dibunyikan ketika Imam menghormat seperti misa masa biasa. Yang menaburkan biji kemenyan disini adalah misdinar pemegang kemenyan.
8.      Tugas misdinar pendupa untuk mendupa selesai. Ekaristi lalu berjalan seperti misa Masa Biasa. Misdinar pendupa bisa ikut ambil bagian memegang lilin menemani Prodiakon membagi Komuni.


Catatan:
1.            Misdinar, setiap kali masuk dan keluar Panti Imam harus didahului menghormat karena ada Tubuh Kristus di Tabernakel.
2.            Usahakan tata gerak misdinar dilakukan seanggun mungkin, sehingga tidak malah merusak keadaan dan suasana Misa.
3.            Tata gerak misdinar bisa saja berbeda di tiap gereja atau paroki. Bisa dikarenakan tata ruang gereja yang berbeda, budaya setempat, dan berbagai alasan lainnya.






















Peralatan-Peralatan Untuk Misa

PIALA (calix = cawan)

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhecPIHaAUv00etTHewwVGl3SK_ohiC3iTQ7PPN1MSM6JJRFrjOfDHU1azLED6SvrP2cK2SdmMDdd8e5WS2j8zEfRMvu2c5Y7D8FGDu37DvVExz46WHcgvKKYNAXS3cs0fFHrS-6NZJHAqi/s200/CALIX.jpgPiala adalah cawan yang menjadi tempat anggur untuk dikonsekrasikan, dimana sesudah konsekrasi menjadi tempat untuk Darah Mahasuci Kristus. Melihat fungsinya, maka Piala harus dibuat dari logam mulia. Piala melambangkan cawan yang dipergunakan Tuhan kita pada Perjamuan Malam Terakhir di mana Ia untuk pertama kalinya mempersembahkan Darah-Nya.


Piala melambangkan cawan Sengsara Kristus (“Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku,” Mrk 14:36); dan yang terakhir, piala melambangkan Hati Yesus, dari mana mengalirlah Darah-Nya demi penebusan kita.

PURIFIKATORIUM

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCs-Ssykob_RP8N5evaqAApWocMpUEWypgiIqKOS1XIPtkFIhZwF3pinvlcIyejmsZ9DwvMzl88RvOcT9IpeSFDKMGBFwze5TkAoKBoCFrcQ5OTdzvDDEy_P5SgGu1fqTEtS4hMCkNfME2/s200/Purifikatorium.jpgBerasal dari bahasa Latin “purificatorium”, yaitu sehelai kain lenan berwarna putih berbentuk segi empat untuk membersihkan piala, sibori dan patena. Sesudah dipergunakan, purifikatorium dilipat tiga memanjang lalu diletakkan di atas piala.



Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5u-7juKYcoikonQNbUCqurpoW6xCVSSy8vEsqUJan2dVixyiZilvEl00RcRWkHZZLnM9OT5MB2LsXlL1-nqY1npGFJxLqHdDXkdUJrJYG8pscqsnOldQqYhLD9nEMqJL2GQmsEqhnQnEk/s200/pATENA.jpgPATENA

Berasal dari bahasa Latin yang artinya “piring”. Patena, yang sekarang berbentuk bundar,datar, dan dirancang untuk roti pemimpin Perayaan Ekaristi, aslinya sungguh sebuah piring.
Dengan munculnya roti-roti kecil yang dibuat khusus untuk umat yang biasanya disimpan dalam sibori, fungsi dari patena sebagai piring menghilang. Maka bentuknya menjadi lebih kecil (Sejak abad 11).
Menurut PUMR 2000, "untuk konsekrasi hosti, sebaiknya digunakan patena yang besar, di mana ditampung hosti, baik untuk imamdan diakon, maupun untuk para pelayan dan umat

Patena, hendaknya dibuat serasi dengan pialanya, dari bahan yang sama dengan piala, yaitu dari emas atau setidak-tidaknya disepuh emas. Patena diletakkan di atas purifikatorium.

PALLA
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg26LrEKDSwdiVHIRmcMmPCQt0LKXAyWQgeYVG9OI2i16WMW-lCEtt1N0OJiDQaC3w4mxSmiBvSJPqzW_4b4WVgJXimaw-HRmTgDSsvwC2m2gllRMWDvMXxbomIoEfUM8GfaM7i7LNNbFfP/s200/Palla.jpgBerasal dari bahasa Latin palla corporalis yang berarti kain untukTubuh Tuhan, adalah kain lenan putih yang keras dan kaku seperti papan, berbentuk bujursangkar, dipergunakan untuk menutup piala.

Palla melambangkan batu makam yang digulingkan para prajurit Romawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus. Palla diletakkan di atas Patena.


CORPORALE
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEgcLtSbiaw0CDkzc-uhlAoV62Gm6bmh_yveCvaktv9HnVLvRRXC8BKnslorgagp-ItlX2d-tZgkJj7FwI-KHsSF8fLjYVIx7cCbFKF3dDCFsfcc7YJnw8LVceGL8yKf9OOkhokuK6axd7/s320/Corporale.jpg
Sehelai kain lenan putih berbentuk bujur sangkar dengan gambar salib kecil di tengahnya. Seringkali pinggiran korporale dihiasi dengan renda. 

Dalam perayaan Ekaristi, imam membentangkan korporale di atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan anggur. Setelah selesai dipergunakan,korporale dilipat menjadi tiga memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas Palla.

Urutan aturan menyusun peralatan-peralatan tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Piala
Purifikatorium+sendok kecil
Patena (dengan hosti besar diatasnya)
Pala
Corporal

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYUNm9ulxinYXZ86tTGNNQ_IMc-WIrIFAd8S1mwqDsPB8YTcUhfRaX-qzx7AbeiR_et-cdBXMSa4ynStMUnaqi-els37rarZ_i-P1dRg9KHNzBr8CvJYJZK6PI1WGqjUVp_nq7HDVZo-Yn/s200/sibori.jpgSIBORI

Berasal dari bahasa Latin “cyborium” yang berarti “piala dari logam”,adalah bejana serupa piala, tetapi dengan tutup di atasnya. Siboriadalah wadah untuk roti-roti kecil yang akan dibagikan dalam Komunikepada umat beriman. Sibori dibuat dari logam mulia, bagian dalamnyabiasa dibuat dari emas atau disepuh emas.

PIKSIS
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgB29VXE_yAluTGqJjWy2Kf1mpgtljHSKGOMfb6gLJWXNTwPvXtaM6GsoTafE54DXGXaaVEy9GWn_4-3Z5bOjvaZL1KkUMMcNIEFvkpkXn62QB8L1vxkc750n3EyHIZB5ILiDHT23urNeeO/s200/Pyx.jpgberasal dari bahasa Latin “pyx” yang berarti “kotak”, adalah sebuahwadah kecil berbentuk bundar dengan engsel penutup, serupa wadah jamkuno. Piksis biasanya dibuat dari emas. Piksis dipergunakan untukmenyimpan Sakramen Mahakudus, yang akan dihantarkan kepada mereka yangsakit, atau yang akan ditahtakan dalam kebaktian kepada Sakramen Mahakudus.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeq5q5pNgFftghi1FOcqWj5X9NBqlNGQ4t4tGcPbGWNSrLtk1J5CJV6f8Gs3rA083W00OUiAvMZNFLZqgszQRaLsT_j2Mk_XRVKDS2KzSivPr5NWeb9ev_Ey-aw-yk09YjuvBZEg0NgC-b/s200/Monstrans.jpgMONSTRANS

berasal dari bahasa Latin “monstrans, monstrare” yang berarti“mempertontonkan”, adalah bejana suci tempat Sakramen Mahakudusditahtakan atau dibawa dalam prosesi.



AMPUL
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwv2pLu4u4rOwUmJaPaVZuK0mGukM4qxmhjhI4IhJzJfqw-xtFLDyKc5Dp31sD8bYabZb5idVAOwxQQst0igauniPFgXnXKzh_NYcidQrtdeG01gj4PUnPOMh2qrUD9Q891U-A-lfozrSI/s200/ampul.jpgadalah dua bejana yang dibuat dari kaca atau logam, bentuknya seperti buyung kecil dengan tutup di atasnya. Ampul adalah bejana-bejana darimana imam atau diakon menuangkan air dan anggur ke dalam piala. Selaluada dua ampul di atas meja kredens dalam setiap Misa.

LAVABO
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqx2ZE-NO1rQ-1e_TxkbnS4RZibRvgiluVbNYDWms-AgNv-TwLvk1FICbLNZciHSp988VeSRDoNzRCdAlaD6JrJ2_aGGnRbbuAQ2mw4iKRIrtM11qvAZMuTuhhTn2Rj3VNNWguwuYrt5wS/s200/Lavabo.jpgberasal dari bahasa Latin “lavare” yang berarti “membasuh”, adalah bejana berbentuk seperti buyung kecil, atau dapat juga berupa mangkuk,tempat menampung air bersih yang dipergunakan imam untuk membasuh tangan sesudah persiapan persembahan. Sebuah lap biasanya menyertai lavabo untuk dipergunakan mengeringkan tangan imam.


TURIBULUM
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNmRkSLCx1kNbxfrJMivl8d-5XEBBJGVNjtcoUO8Ozk4IaUA_TDImfu8vumJ8Q5UPLfQrkRu-c5mY_k8SjWYycVawvAVcLUNq-9iw8zzbom-8cZUWBY27cEGexmqUfDhGJFLjXEohHSnxh/s200/turibulum.jpg
(disebut juga Pedupaan/wiruk), berasal dari bahasa Latin “thuris” yang berarti “dupa”, adalah bejana di mana dupa dibakar untuk pendupaan liturgis. Turibulum terdiri dari suatu badan dari logam dengan tutupterpisah yang menudungi suatu wadah untuk arang dan dupa; turibulumdibawa dan diayun-ayunkan dengan tiga rantai yang dipasang padabadannya, sementara rantai keempat digunakan untuk menggerak-gerakkantutupnya. Pada turibulum dipasang bara api, lalu di atasnya ditaburkanserbuk dupa sehingga asap dupa membubung dan menyebarkan bau harum.Dupa adalah harum-haruman yang dibakar pada kesempatan-kesempatanistimewa, seperti pada Misa yang meriah dan Pujian kepada Sakramen Mahakudus.
NAVIKULA
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYd0yZK8tIymy78b0Fbh85dIfiXGtNjsBVQqlNoiVtgIk3MAs1hmoCsvrU5Noa0XuFflWUW8Po_O86u_-D5Mv2FMqeQnFp8yz_k6_QJLofY0N_PGfRiEduRdultCsdQ81Apts6C1evulI0/s200/navikula.jpg(disebut juga Wadah Dupa) adalah bejana tempat menyimpan serbuk dupa. Dupa adalah getah yang harum dan rempah-rempah yang diambil daritanam-tanaman, biasanya dibakar dengan campuran tambahan gunamenjadikan asapnya lebih tebal dan aromanya lebih harum. Asap dupa yangdibakar naik ke atas melambangkan naiknya doa-doa umat beriman kepadaTuhan. Ada pada kita catatan mengenai penggunaan dupa bahkan sejak awalkisah Perjanjian Lama. Secara simbolis dupa melambangkan semangat umatKristiani yang berkobar-kobar, harum mewangi keutamaan-keutamaan dannaiknya doa-doa dan perbuatan-perbuatan baik kepada Tuhan.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmrKUJoyoV1nak6Cj_N4imRg-dgmASySj6zan5olIsIN7xB_qr-8gglYAvfPYUCIkUmepJZfwMjCzZ-mt2hHxZ8gDGLsylnNpaGLeZKkRREgPDbMs6fCIHmuC05X0xHbs7JZGhO59254zl/s1600/aspergillum.jpgASPERGILUM
berasal dari bahasa Latin “aspergere” yang berarti “mereciki”, adalahsebatang tongkat pendek, di ujungnya terdapat sebuah bola logam yangberlubang-lubang, dipergunakan untuk merecikkan air suci pada orangatau benda dalam Asperges dan pemberkatan. Bejana Air Suci adalah wadahyang dipergunakan untuk menampung air suci; ke dalamnya aspergilumdicelupkan.


SACRAMENTARIUM

atau Buku Misa adalah buku pegangan imam pada waktu memimpin perayaan Ekaristi, berisi doa-doa dan tata perayaan Ekaristi




Warna Liturgi

Warna
Penggunaan Wajib
Penggunaan Opsional (sebagai pengganti warna wajib yang ditentukan)
Hijau
·         Hari Tuhan dan Feria dalam Masa Biasa
Ungu
·         Hari Tuhan dan Feria dalam Masa Adven
·         Hari Tuhan dan Feria dalam Prapaskah
·         Liturgi pada Sabtu Suci (kecuali Ibadat Malam Paskah)
·         Sakramen Tobat
·         Misa Requiem dan ibadat harian bagi arwah
Pink
·         Minggu Gaudete (Minggu Ketiga Masa Adven)
·         Minggu Laetare (Minggu Keempat Masa Prapaskah)
Putih
·         Masa Natal (dari Natal hingga Pembaptisan Tuhan)
·         Kamis Putih
·         Masa Paskah (dari Ibadat Malam Paskah hingga sebelum Vigili Pentakosta)
·         Hari Raya Tritunggal Mahakudus
·         Perayaan Tuhan kita selain Sengsara-Nya
·         Hari Raya Maria[5]
·         Pesta para Malaikat
·         Perayaan-perayaan para santo non-martir atau pengaku iman
·         Pesta Santo Yohanes
·         Pesta Takhta Santo Petrus
·         Pesta Bertobatnya Santo Paulus
·         Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis
·         Hari Raya Semua Orang Kudus
·         Sakramen Baptis
·         Sakramen Perkawinan
·         Sakramen Imamat (Tahbisan)
·         Misa Requiem dan ibadat harian untuk arwah di mana Konferensi Uskup setempat telah memberikan izin.[6]
·         Misa Votif dan misa lainnya di mana umumnya Hijau digunakan.
Merah
·         Minggu Palma
·         Jumat Agung
·         Hari Raya Pentakosta
·         Peringatan Sengsara Tuhan
·         Peringatan MartirPara Rasul, dan Penginjil
·         Sakramen Penguatan
·         Misa Merah dan Misa Votif Roh Kudus
·         Pemakaman Paus (dan kardinal) — merah adalah warna berkabung bagi Paus menurut adat Bizantium kuno
Hitam
·         Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman
·         Misa Requiem


JENIS PAKAIAN LITURGI
AMIK
Amik adalah kain putih segi empat dengan dua tali di dua ujungnya atau ada juga model modern lain yang tidak segi empat dan tanpa tali. Amik yang melingkari leher dan menutupi bahu dan pundak itu melambangkan pelindung pembawa selamat (keutamaan harapan), yang membantu pemakainya untuk mengatasi serangan setan. Kain itu secara praktis juga berfungsi untuk menutupi kerah baju supaya tampak rapi, untuk menahan dingin, atau sekaligus untuk menyerap keringat agar busana liturgis pada zaman dulu yang biasanya amat indah dan mahal tidak mengalami kerusakan. Amik dikenakan oleh imam, diakon, atau petugas lain yang hendak mengenakan alba. Pemakaian amik sering tergantung juga pada alba yang akan dipakai. Kalau alba kiranya tidak menutup sama sekali kerah pakaian sehari-hari, maka barulah amik itu dikenakan sebelum alba (PUMR 336).

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl36Yqvvd5IXWvcMG36YIrDJJuc7u5TrernPcDfkOcPXm0WfUcni2IeqE7MXgpFZrP7ZYjENDUKZb_uFJcju-41dcuwqsMvV2m7EnN5Y-9dYoS9tC0B2yC0Nech6V0xN_YwdqwufWv75f3/s1600/alba.jpgALBA
Pakaian putih (Latin: alba = putih) panjang; simbol kesucian dan kemurnian yang seharus-nya menaungi jiwa diakon/ imam yang me-rayakan liturgi, khususnya Pe-rayaan Ekaristi. Alba dengan warna putihnya itu sendiri secara simbolis mengingatkan kita akan komitmen baptis dan kebangkitan. Sebenarnya alba juga boleh dipakai untuk pelayan altar lainnya, bahkan—meski tidak lazim—untuk lektor dan pemazmur.

SINGLE
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAFuvYz3av4gchsRZ42DaHTSYHXZUzZIUpAl8RNtiiXAEYOQUYkGnoqJe8VRSlJBYDO2OPST1sWtrDEKJagLb7SlEVwpHjMOoT6pmtAsqDzoBE7JEY_0NosUPK-xzbJSKA2FksOQKFi8zb/s1600/Singel-2.jpgTali pengikat alba pada pinggang ini merupakan simbol nilai kemurnian hati (chastity) dan pengekangan diri. Biasanya berwarna putih atau sesuai dengan warna masa liturginya. Biasanya singel dipakai jika model alba membutuhkan-nya atau jika dipakai stola dalam (PUMR 336). Ada beberapa busana liturgis khusus untuk petugas yang ditahbiskan (klerus), yang tidak boleh dikenakan atau bahkan ditiru untuk petugas liturgis awam. Unsur busana khusus itu adalah stola, kasula, dalmatik, dan velum. Selain mengenakan beberapa unsur di atas sebelumnya (amik, alba, singel), beberapa unsur berikut ini kemudian melengkapi penampilan se- orang petugas yang ditah- biskan sesuai dengan kebu- tuhan perayaannya.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqpgFRQx2lfH_VDBJWJwOE8wFhr4cOsFDir1g3HyFISIgRJQBm1l36zF2kAEPAAMRHCDLxde6cfm9u-CDDuR1SfTgSjXZbDia1MORGBoYHkQ9EqAMpz5SQ-SKkiVh8Kee0sS7vbLkpWblN/s1600/alba+1.jpgJUBAH
Sudah amat lazim bahwa lektor—juga beberapa petugas liturgis lainnya, seperti pemazmur dan pembagi komuni, bahkan kelompok paduan suara—mengenakan jubah atau busana semacamnya. Tidak ada aturan khusus untuk itu, juga tidak ada larangan untuk meneruskan kebiasaan itu. Namun perlu ditegaskan bahwa hal itu bukanlah keharusan, sehingga tidak ada kewajiban untuk mengadakannya. Justru, ketika awam atau petugas liturgis yang tidak ditahbiskan berperan dalam perayaan liturgis, sebaiknya ia tampil dengan busananya sendiri. Tentu saja busana yang layak dan sopan untuk ukuran publik. Lagipula, seringkali memakai jubah bagi mereka malah bisa mengundang pemikiran lain (baik secara asosiatif maupun estetis). Dengan kata lain, tidak semua orang cocok memakai jubah. Jelasnya, jubah yang sebenarnya diperuntukkan bagi lelaki tentunya jadi kelihatan aneh jika dikenakan perempuan

SUPERPLI
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicA_3hKmBERrqgTXa0sYBbOQNZx1VYxq0tBvikg0UBojVRa5QW6qAoi4hOahzMGBP0umjx3h7dNCW-oIQ8y0F4wRGzIykVS-muZ7XV3U4d29tUtxHLRApM1Bw9M5RJxbRR1QWqTwRd71rL/s320/superpli.jpgSuperpli merupakan pengganti alba, potongannya tidak sepanjang alba. Ber-warna putih. Superpli tidak sampai mata kaki, cukup sebatas lutut dengan perge-langan tangan yang cukup lebar. Tidak boleh sembarangan memakai superpli. Alba dapat diganti superpli, kecuali kalau dipakai kasula atau dalmatik, atau kalau stola menggan-tikan kasula atau dalmatik (PUMR 336). Dengan kata lain, jika memakai kasula dan dalmatik, imam dan diakon harus memakai alba, bukan superpli. Jika hanya memakai stola, maka imam dan diakon boleh memakai superpli di atas jubahnya.

STOLA
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFlIiwPS-Ivqtp_cjjPl0SARsV9odBmkA_e1NBQ8F2WrvLQ5UqPQJe_Z9064mHPByjL_S15-AcDn0FCLMdxD75eCjBCKHFOF-q037xg37lpUBx4jf_5XQFCXI0tyg3cxoHFBET8oCZAxk_/s1600/stola.jpgStola adalah semacam selendang panjang; simbol bahwa yang mengenakannya sedang melaksanakan tugas resmi Gereja, terutama menyangkut tugas pengudusan (imamat). Stola melambang-kan otoritas atau ke- wenangan dalam pelayanan sakra-mental dan berkhot-bah. Secara khusus, sesuai dengan doa ketika mengenakan-nya, stola dimaknai sebagai simbol kekekalan. Warnanya sesuai dengan warna masa liturgi pada saat perayaan dilangsungkan. Diakon memakainya menyilang, dari pundak kiri ke pinggang kanan. Imam memakainya dengan cara mengalungkannya di leher, dua ujung stola itu ke depan, dibiar-kan menggantung (PUMR 340). Dulu (sebelum pembaruan liturgis 1970), cara ini hanya untuk uskup atau abas, pejabat yang biasanya mengenakan kalung salib (pektoral) — kalung salib semacam itu pun sebenarnya tidak perlu diperlihatkan di atas kasula, dalmatik, atau pluviale, tapi boleh di atas mozzetta (lihat CE / Caeremoniale Episco-porum 61). Sedangkan para imamnya dulu mengalungkan stola dan kemudian menyilangkannya di depan. Sekali lagi, baik imam maupun uskup sekarang boleh mengenakan stola dengan cara yang sama (CE 66).

KASULA
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKo-jusCm5Wz1Ksll3yIZ8f4-mEX9oCoI3iIv2YUOSj_6_1ojWGw_uTtbmY8M_XBGQah0PEO0OAZ_DT0Lxdo8-VZVebRwAcQGCs0vQZwxO6gnYNLXl8A1RAlejkFmNJQvv6s3JyKBmn3yR/s320/KASULA.jpgKasula adalah busana khas untuk imam, khususnya selebran dan konselebran utama, yang dipakai untuk memimpin Perayaan Ekaristi. Kasula melambangkan keutamaan cinta kasih dan ketulusan untuk melaksanakan tugas yang penuh pengorbanan diri bagi Tuhan. Warnanya sesuai dengan warna liturgi untuk perayaannya. Model kasula mengalami beberapa perubahan dan variasi. Dari yang panjang dan mewah banyak hiasannya, lalu yang tampak minimalis dengan lengannya seperti terpotong, sampai yang sederhana polos.Hingga saat ini setidaknya ada dua macam model atau cara pemakaian stolanya. Kasula dengan stola dalam berarti memakai stolanya di dalam, tertutup kasula. Kasula dengan stola luar berarti stolanya di atas kasula.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfbMSe_nFZBVrosfMnp_qj5S04SfaksOnGc9wJExBomykBMJohjy38-q3nWjBkbiC4yf-ObkexP0HJFtG8CjQvIW7UBqzjky1C9WPSbb04lH1kYzHY-uzU-A34tM9iWCn8UkGECBQRyp5u/s320/Dalmatik_14.jpgDALMATIK 
Dalmatik dikenakan setelah stola diakon. Ini adalah busana resmi diakon tatkala bertugas melayani dalam Misa/Perayaan Ekaristi, khususnya yang bersifat agung/meriah.Busana ini melambang-kan sukacita dan kebaha-giaan yang merupakan buah-buah dari pengab-diannya kepada Allah. Warna atau motif dalmatik disesuaikan dengan kasula imam yang dilayaninya pada waktu Misa. Bentuk dalmatik seolah mirip kasula, namun sebenarnya mempunyai pola berbeda.Biasanya ada beberapa garis menghiasinya.
VELUM
Velum adalah semacam kain putih/kuning/emas lebar yang dipakai pada punggung ketika membawa Sakramen Mahakudus dalam prosesi (ingat saat pemindahan Sakramen Mahakudus pada bagian akhir Misa Pengenangan Perjamuan Tuhan, Kamis Putih malam!) dan memberi berkat dengan Sakramen Mahakudus. Memang unsur busana ini tidak dipakai dalam Perayaan Ekaristi, namun sangat ber-kaitan dengan Sakramen Ekaristi, yakni dalam adorasi atau penghormatan kepada Sakramen Mahakudus. Kain semacam itu biasanya dihiasi. Ada juga yang tanpa hiasan, namun dipakai untuk mem-bawa tongkat gembala dan mitra uskup, ketika seorang uskup memimpin Perayaan Ekaristi meriah. Velum untuk tongkat dan mitra uskup itu biasanya berwarna putih saja.

 PLUVIALE
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioB7C_aQ5GnM8my9g1bPslG5dhy7Ne7784XUmBwJZuPKdK4bw0KTgn4RQnjIKqT8uUiHt3PTyBwrQWH6xlC-s4Dx6eChNmk2mKm0m2Ug8hKazGLKjEXCn8QETsNqlNgpBJ0o2Oq4y6liRN/s320/pluviale1.jpgIni semacam mantel panjang (Latin: pluvia = hujan) yang digunakan di luar Perayaan Ekaristi dan dalam perarakan liturgis, atau perayaan liturgis lain yang rubriknya menuntut digunakan busana itu (misalnya untuk liturgi pemberkatan). Kita bisa melihatnya — meski sudah jarang — jika imam mengenakannya dalam perarakan sebelum Misa Minggu Palma. Jenis busana ini memang tidak langsung berkaitan dengan Misa, tapi sering digunakan sebelum Misa itu sendiri.

Daftar Paus
Dalam Gereja Katolik


No
Nama
Masa kepausan
Nama lahir
1
32-64/67 (?)
Simon bin Yunus
2
Linus
3
Anacletus
4
 ?
5
Aristus
6
Alexander
7
Sixtus, Xystus
8
Telesphorus
9
 ?
10
Pius
11
Anicetus
12
Soter
13
Eleuterus/Eleutherius
14
 ?
15
Zephyrinus
16
Callixtus/Callistus
17
Urbanus
18
Pontian
19
Anterus
20
Fabianus, Flavianus
21
Kornelis
22
Lusius
23
Stefanus
24
Siktus
25
Dionisius
26
Feliks
27
Eutychianus
28
Gaius, Caius
29
Marselinus
30
Marsellus
31
Eusebius
32
Meltiades
33
Silvester
34
Markus
35
Julis
36
Liberius
37
Damasus
38
Sirikus
39
Anastasius
40
 ?
41
Zosimus
42
 ?
43
Selestinus
44
 ?
45
Leo
46
Hilarius, Hilarus
47
Simplisius
48
 ?
49
Gelasius
50
Anastasius
51
Symnakus
52
Hormidas
53
 ?
54
 ?
55
 ?
56
Merkurius
57
 ?
58
Silverius
59
Vigilius
60
Pelagius
61
Yohanes Katelinus
62
Benediktus
63
Pelagius
64
Gregorius
65
 ?
66
 ?
67
 ?
68
Deusdeditus, putra Stefanus
69
 ?
70
 ?
71
 ?
72
 ?
73
 ?
74
 ?
75
 ?
76
 ?
77
 ?
78
 ?
79
 ?
80
 ?
81
 ?
82
 ?
83
 ?
84
 ?
85
 ?
86
 ?
87
 ?
88
Konstantinus
89
 ?
90
 ?
91
Zakarias, putra Polikronius
92
 ?
93
 ?
94
 ?
95
 ?
96
 ?
97
 ?
98
Paskalis Massimi, putra Bonosus
99
 ?
100
 ?
101
 ?
102
 ?
103
 ?
104
 ?
105
 ?
106
 ?
107
 ?
108
 ?
109
 ?
110
 ?
111
 ?
112
 ?
113
 ?
114
 ?
115
 ?
116
 ?
117
 ?
118
 ?
119
Sergius
120
Anastasius
121
Lando
122
Yohanes
123
Leo
124
Stefanus
125
Yohanes
126
 ?
127
 ?
128
 ?
129
Agapitus
130
Oktavianus
131
 ?
132
 ?
133
Yohanes
134
 ?
135
 ?
136
Peter Campenora
137
Yohanes
138
Bruno dari Carinthia
139
Gerbert d'Aurillac
140
Siccone
141
Fasanius
142
Pietro Martino Boccapecora
143
Theophylactus
144
Romanus
145
Theophylactus
146
Yohanes
147
Theophylactus
148
Yohanes Gratianus
149
Suitger, Lord Morsleben & Hornburg
150
Theophylactus
151
Poppo
152
Bruno dari Eguisheim-Dagsburg
153
Gebhard
154
Frederick
155
Gerard
156
Anselmo da Baggio
157
Hildebrand
158
Dauferius atau Desiderius
159
Otto diLagery
160
Raniero
161
Giovanni Caetani
162
Guido dari Burgundi
163
Lamberto
164
Gregorio Papareschi
165
Guido
166
Gerardo Caccianemici
167
Bernardo Paganelli di Montemagno
168
Corrado
169
Nicholas Breakspear
170
Rolando Bandinelli
171
Ubaldo Allucingoli
172
Uberto Crivelli
173
Alberto de Morra
174
Paulo Scolari
175
Giacinto Bobone
176
Lotario dei Conti di Segni
177
Cencio Savelli
178
Ugolino, Count Segni
179
Goffredo Castiglioni
180
Sinibaldo Fieschi
181
Rinaldo
182
Jacques Pantalon
183
Guy Foulques atau Guido le Gros
184
Teobaldo Visconti
185
Peter dari Tarentaise
186
Ottobono Fieschi
187
Petrus Juliani atau Petrus Hispanus
188
Giovanni Gaetano Orsini
189
Simon de Brie
190
Giacomo Savelli
191
Girolamo Masci
192
Pietro del Murrone
193
Benedetto Caetani
194
Niccolo Boccasini
195
Bertrand de Got
196
Jacques d'Euse
197
Jacques Fournier
198
Pierre Roger
199
Etienne Aubert
200
Guillaume de Grimoard
201
Pierre Roger de Beaufort
202
Bartolomeo Prignano
203
Pietro Tomacelli
204
Cosma Migliorati
205
Angelo Correr
206
Oddone Colonna
207
Gabriele Condulmer
208
Tommaso Parentucelli
209
Alfonso Borgia
210
Enea Silvio Piccolomini
211
Pietro Barbo
212
Francesco della Rovere
213
Giovanni Battista Cibo
214
Rodrigo Borgia
215
Francesco Todeschini-Piccolomini
216
Giuliano della Rovere
217
Giovanni de'Medici
218
Adrian Florensz
219
Giulio de'Medici
220
Alessandro Farnese
221
Giovanni Maria Ciocchi
222
Marcello Cervini
223
Gian Pietro Carafa
224
Giovan Angelo de'Medici
225
Antonio-Michele Ghislieri
226
Ugo Buoncompagni
227
Felice Peretti
228
Giambattista Castagna
229
Niccolo Sfondrati
230
Giovanni Antonio Facchinetti
231
Ippolito Aldobrandini
232
Alessandro de'Medici
233
Camillo Borghese
234
Alessandor Ludovisi
235
Maffeo Barberini
236
Giovanni Battista Pamfili
237
Fabio Chigi
238
Giulio Rospigliosi
239
Emilio Altieri
240
Benedetto Odescalchi
241
Pietro Ottoboni
242
Antonio Pignatelli
243
Giovanni Francesco Albani
244
Michelangelo dei Conti
245
Pietro Francesco-Vincenzo Maria-Orsini
246
Lorenzo Corsini
247
Prospero Lambertini
248
Carlo Rezzonico
249
Giovanni Vincenzo Antonio-Lorenzo-Ganganelli
250
Giovanni Angelo Braschi
251
Barnaba-Gregorio-Chiaramonti
252
Annibale della Genga
253
Fracesco Saverio Castiglioni
254
Bartolomeo Alberto-Mauro-Cappelari
255
Giovanni M. Mastai-Ferretti
256
Gioacchino Pecci
257
Giuseppe Sarto
258
Giacomo della Chiesa
259
Achille Ratti
260
Eugenio Pacelli
261
Angelo Giuseppe Roncalli
262
Giovanni Battista Montini
263
Albino Luciani
264
Karol Jozef Wojtyla
265
Joseph Alois Ratzinger
266
2013-sekarang
Jorge Mario Bergoglio





















Yesaya, “Inilah aku, utuslah aku”

Selamat Belajar dan Berlatih

Jadilah Malaikat-Malaikat Kecil untuk Melayani Tuhan


“Tuhan Memberkati Kita”

1 komentar:

  1. Terima kasih untuk materinya, apakah boleh membagikan tata gerak dan tugas misdinar sesuai TPE 2020?

    Dan saya mau bertanya apakah di TPE baru ini saat bahan persembahan (kotak kolekte)diarak ke altar perlu di antar oleh misdinar?
    Krn sy sering melihat di stasi sy saat persembahan di antar dengan didampingi misdinar dengan membawa lilin. Kira2 apa makna misdninar memegang lilin saat mengantarkan persembahan ?

    BalasHapus