Buku
P E L A Y A N A L T A R
Yesaya, “Inilah aku, utuslah aku”
Kritik dan Saran dari pembaca/pengguna
sangat diharapkan demi penyempurnaan
buku ini
Dipersebahkan
Oleh :
Seksi Liturgi
Stasi St. Fransiscus Xaverius Poigar
Desainer:
Junior Lahea
Cetakan:
Junior “Chiara“
September
2016
Daftar
Isi
Aturan Pokok
dan Prosedur Tugas 1
Sejarah
Misdinar 2
Tata Gerak
Misdinar Misa Mingu Biasa 4
Tata Gerak
Misdinar Misa Hari Raya Secara Umum 9
Peralatan-Peralatan
Untuk Misa 12
Warna Liturgi 17
Jenis Pakaian
Liturgi 18
Daftar Paus
Dalam Gereja 23
Daftar Pustaka
ATURAN POKOK
DAN PROSEDUR TUGAS
A. PERSYARAT MENJADI MISDINAR
1. Beragama Katolik Roma, yang menerima Sakramen Baptis,
dan Komuni Pertama
2. Anak-anak yang
sudah menerima Komuni Pertama dan tanpa ada
batasan usia
3. Siap untuk ditugaskan jika diperlukan dalam segala
bentuk missa
4.
B. PROSEDUR MENJALANKAN TUGAS
1. Ketika bertugas, diminta untuk melepas alas kaki,
kecuali pada saat-saat tertentu
2. Menjaga keheningan di Sakristi baik saat sebelum
bertugas
3. Putra-Putri Altar datang
paling lambat 15 menit sebelum tugas
4. Masing-masing misdinar
wajib untuk memahami tugasnya, sebelum tugas menjadi seorang misdinar
dimulai. Harap mengetahui tugasnya serta
posisi duduknya masing-masing setelah mengetahui mendapat urutan ke-berapa.
5. Tidak diperkenankan untuk saling bertanya di altar dan
berbicara satu sama lain. Pastikan benar-benar memahami tugasnya sebelum
bertugas.
SEJARAH MISDINAR
Kata misdinar berasal dari bahasa Belanda yang artinya pelayan misa. Jadi Misdinar itu adalah remaja putra atau putri yang sudah menerima komuni pertama yang mempunyai jiwa penuh pengabdian, tanpa pamrih, rela berkorban untuk melayani gereja dalam ibadat atau kebaktian liturgis, khususnya dalam perayaan Ekaristi.
Pelindung Misdinar
Santo Tarsisius
menjadi Santo pelindung bagi para misdinar karena selain dia seorang putra
altar, dia juga dengan tekun dan tanpa pamrih melayani imam dalam perayaan
Ekaristi. Semangat berkorban yang dimiliki oleh Santo Tarsisius yang patut
ditiru karena dia berani mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kekudusan
Sakramen Mahakudus.
Santo Tarsisius lahir pada tanggal 15 Agustus
sekitar tahun 250 di Roma. Setiap pagi, sebelum fajar ia sering melewati
jalan-jalan dan lorong-lorong kota Roma ke tempat orang Kristiani berkumpul.
Gua – gua bawah tanah, yang sebetulnya adalah kuburan, mereka gunakan sebagai
tempat pertemuan. Tempat seperti itu dinamakan Katakomba. Yaitu sebgangn lurus
panjang gelap dan ditutup oleh batu panjang. Mereka hanya berani berkumpul pada
malam hari, karena agama mereka terlarang.
Pada zaman kaisar
Valerianus, orang-orang Nasrani tidak diperkenankan untuk menerima sakramen
(Tubuh Kristus) dan diharuskan untuk menyembah berhala. Bila tidak mau
menyembah berha, maka akan ditangkap dan dibunuh. Pada suatu hari seperti biasa
Tarsisius pergi ke Katakomba untuk mengikuti Misa. Pada saat itu Bapa Suci (Sri
Paus) ingin mempersembahkan misa sendiri. Tapi hanya sedikit orang yang datang,
karena kebanyakan dari orang Kristiani sudah ditangkap, adapula yang mengungsi
ke luar kota untuk menyelamatkan diri. Tidak seperti biasa Tarsisius tidak
langsung pulang, tetapi membantu untuk mengatur alat Misa. Saat itu Sri Paus
mengeluh bahwa ada petugas penjara yang datang secara diam-diam. Dia bilang
tawanan-tawanan Nasrani ingin sekali menyambut Tubuh Kristus sebelum dibunuh.
Tetapi keadaannya tidak memungkinkan karena wajah Sri Paus sudah tidak asing
bagi kebanyakan orang.
Maka dari itu Tarsisius memberanikan
diri untuk memberikan sakramen kepada tawanan-tawanan tersebut. Pada pagi-pagi
benar, Tarsisius berjalan menelusuri setiap Katakomba dan menuju penjara dimana
para tawanan berada, dia membawa Hosti Suci dalam kotak emas dan
dikalungkandengan tali pada lehernya serta menutupinya dengan toga yang ia
pakai. Tetapi malang bagi nasibnya, di tengah perjalanan ia bertemu dengan
teman-teman sekolahnya, teman-teman mengetahui bahwa ia membawa sesuatu dari
orang Kristiani, mereka meminta paksa dan Tarsisius menolaknya, sehingga
Tarsisius dilempari batu, dipukuli dan ditendang sampai sekarat.
Tak lama kemudian ia bertemu dengan
seorang prajurit yang kebetulan beragama Nasrani. Anak-anak itu pun lari
pontang-panting karena teriakan prajurit itu. Setelah itu ia meminta tolong
kepada prajurit tersebut untuk mengantarkannya kepada para tawanan. Setelah
prajurit itu bersedia untuk membawa Hosti Suci, Tarsisius pun dibawa ke rumah
orang Kristiani terdekat dan ditinggalkan, karena prajurit itu mau mengantarkan
Komuni Suci secara diam-diam kepada para tawanan. Tak lama kemudian Tarsisius
meninggal, lukanya terlalu parah. Ia dimakamkan di Katakomba Kalikstus, di
Jalan Apia, dekat makam para Sri Paus.
Dari peristiwa
tersebut maka Gereja memilih dia menjadi pelindung akolit(proakolit), karena
telah mengorbankan hidupnya demi Ekaristi Kudus. Martir suci ini diperingati
setiap tanggal 15 Agustus.
TATA GERAK MISDINAR PERAYAAN EKARISTI
Misa
Pada Hari Minggu Biasa
I.
Ritus Pembuka
1.
Perarakan Pastor/Imam
Perarakan
dimulai dari depan gereja atau tergantung Paroki kalian masing-masing. Pada
umumnya, perarakan dimulai dari depan pintu gereja.
Urutan perarakan :
a.
Misdinar
(Salib, dua lilin berikutnya misdinar yang lain jika diperlukan),
b.
petugas
liturgi (Lektor dan Pemazmur),
c.
Imam
Semuanya lalu
berarak menuju altar dengan tangan misdinar terkatup tetapi kedua ibu jari
membentuk silangan lalu tangan ditempel di ulu hati bagi yang tidak memegang
alat/bahan.
Setelah
rombongan perarakan sampai didepan Altar, semuanya lalu mengambil posisi
melebar dan menyiapkan ruang di tengah untuk Imam. Lalu Imam akan mengajak
untuk menghormati altar dan Tabernakel, cara menghormatnya bisa dengan
membungkuk 45° atau berlutut dengan kaki kanan saja. Setelah menghormat, Imam
akan berjalan menuju kebelakang Altar, lalu mencium altar. Rombongan misdinar
tadi masih diposisi awal, dan tidak menghormat lagi ketika Imam mencium Altar.
Setelah itu, misdinar menuju tempat duduknya, tapi masih dalam keadaan berdiri.
2.
Tanda salib
Selebran membuka perayaan Ekaristi dengan memimpin Tanda Salib, sementara umat dan misdinar masih berdiri.
3.
Salam pembukaan dan Pengantar hingga ke
Doa Pembukaan
Misdinar tetap berdiri dan keadaan tangan masih terkatup. Sampai ke Doa Pembukaan.
II. Liturgi Sabda
1.
Bacaan Pertama hingga Bacaan Kedua
Ketika Imam selesai berdoa pembukaan, seluruh umat akan duduk, tetapi, misdinar belum. Jika tempat duduk Imam berdekatan dengan tempat duduk Misdinar, maka, misdinar bertugas untuk mengangkat kasula Imam ketika Imam akan duduk, sehingga Kasula tidak diduduki oleh Imam. Setelah itu, misdinar lalu duduk. Tetapi jika tidak berdekatan, misdinar boleh duduk ketika Imam sudah duduk. sikap tubuh ini berlanjut terus hingga selesai Bacaan Kedua.
Misdinar mengambil
lilin bernyala lalu mendampingi pembaca Kitab Suci.
2.
Bacaan Injil
Misdinar mendampingi Imam disebelah kiri dan kanan Ambo (mimbar macaan) sambil memegang lilin bernyala. Jangan sampai lilin tersebut menjadi penghambat ruang gerak Imam.
3.
Homili hingga Doa Umat
Pada homili,
misdinar duduk dengan posisi yang anggun dan pada saat Syahadat dan Doa Umat
misdinar berdiri. Pada bagian Syahadat, ketika bagian “yang dikandung dari
Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria”, misdinar membungkuk seperti yang
tadi. Ini lebih ke penghayatan dan penghormatan akan Bunda Maria.
III.
Liturgi Ekaristi
1.
Persiapan Persembahan
Ketika “Amin” dalam Doa Umat selesai diucapkan, dua orang misdinar lalu menuju Meja Kredens. Tapi sebelumnya, harus menghormat Altar dan Tabernakel. Cara menghormatnya bisa dua cara tadi, membungkuk ataupun berlutut dengan menekuk kaki kanan dan lutut tepat dilantai. Lalu misidinar menuju Kredens.
a.
Awalnya
misdinar mengantar sibori berisi hosti dan piala (disini piala sudah disusun sedimikian rupa dengan urutan dari bawah
keatas, piala- kain purifikatorium-
patena- hosti besar- sendok kecil(bila ada)- palla- kain corporal). Ketika sudah maju kesamping Altar,
misdinar menghormat membungkuk, lalu memberikannya kepada Imam. Lalu kembali ke
Kredens dengan meghormat membungkuk terlebih dahulu.
b.
Selanjutnya,
misdinar meghantar ampul berisi air dan anggur. Apabila ampulnya memiliki
tangkai telinga seperti cangkir, tangkainya dibuat kearah Imam untuk memudahkan
Imam mengambilnya. Seperti biasa, sebelum dan sesudah menghantar barang
persembahan air anggur, misdinar harus membungkuk menghormat. Setelah itu,
misdinar kembali ke Kredens.
c.
Misdinar
selanjutnya mempersiapkan Lavabo dan kain lap. Lalu, kedua misdinar tersebut
maju ke samping Altar atau mendekati Imam dan menghormat seperti biasa. Lalu
misdinar pemegang lavabo menuangkan air ke tangan Imam dan mencuci tangannya.
Setelah mencuci, misdinar yang memegang kain lap, memberikan lap itu kepada
Imam dalam keadaan terbentang. Setelah itu, misidnar kembali ke Kredens untuk
meletakkannya ketempat semula. Ingat, sebelum kembali ke Kredens, misdinar
menghormat lagi seperti tadi.
d.
Setela
mengembalikan Lavabo dan lap tangannya ke Kredens, misdinar kembali ketempat
duduknya dan menghormat lagi seperti tadi mau menuju Kredens.
2.
Penghunjukkan Persembahan
Apabila Imam mengucapkan doa dengan lantang “Terpujilah Allah…..” misdinar bisa saja duduk. Tetapi bila langsung dilanjut ke doa persembahan dengan ajakan "Berdoalah, saudara-saudari……" dan umat menjawab dengan "Semoga persembahan ini….." misdinar langsung berdiri.
Apabila Imam mengucapkan doa dengan lantang “Terpujilah Allah…..” misdinar bisa saja duduk. Tetapi bila langsung dilanjut ke doa persembahan dengan ajakan "Berdoalah, saudara-saudari……" dan umat menjawab dengan "Semoga persembahan ini….." misdinar langsung berdiri.
3.
Prefasi
Prefasi diawali dengan dialog pembuka, Imam berkata, “Tuhan sertamu” lalu umat menjawab “Dan sertamu juga”. Ketika umat menjawab dan sertamu juga, lonceng dibunyikan. Lalu Imam melanjut dialog sampai ke bagian prefasi terakhir sambil mengajak umat menyanyikan/mengucapkan Kudus.
Prefasi diawali dengan dialog pembuka, Imam berkata, “Tuhan sertamu” lalu umat menjawab “Dan sertamu juga”. Ketika umat menjawab dan sertamu juga, lonceng dibunyikan. Lalu Imam melanjut dialog sampai ke bagian prefasi terakhir sambil mengajak umat menyanyikan/mengucapkan Kudus.
4.
Kudus
Ketika Kudus dinyanyikan/diserukan, misdinar bisa langsung mengambil tempat berlutut ketika Doa Syukur Agung nanti.
Ketika Kudus dinyanyikan/diserukan, misdinar bisa langsung mengambil tempat berlutut ketika Doa Syukur Agung nanti.
5.
Doa Syukur Agung
Ketika Kudus selesai dinyanyikan ataupun
diserukan, misdinar berlutut ditempat yang sesuai. Lalu DSA dimulai. Pada
bagian epiklesis selesai, bagian ketika Imam mengubah roti dan anggur mrnjadi
Tubuh dan Darah Kristus, misdinar membunyikan lonceng, tapi tidak terlalu lama.
DSA berlanjut ke bagian Konsekrasi, setelah selesai mengatakan “Terimalah
dan makanlah. Inilah Tubuhku yang diserahkan bagimu”, Imam lalu mengangkat
Tubuh Kristus, lalu misdinar membunyikan gong ataupun lonceng tiga kali dengan
jeda yang tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat pula. Setelah itu, Imam
akan menurunkan Tubuh Kristus, lalu menghormat. Ketika Imam menghormat,
misdinar lalu membunyikan lonceng panjang sampai Imam selesai menghormat.
Selanjutnya
ketika Imam selesai mengatakan :
“Terimalah
dan minumlah. Inilah Darahku, Darah perjanjian baru dan kekal yang
ditumpahkanbagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini
untuk mengenangkan Daku”, misdinar lalu membunyikan lonceng
ataupun gong tiga kali seperti yang tadi. Setelah selesai, Imam akan menurunkan
piala lalu menghormat dan misdinar membunyikan lonceng hingga Imam selesai
menghormat.
DSA dilanjutkan
hingga selesai dengan misdinar tetap pada posisi berlututnya tadi.Saat selesai,
DSA akan ditutup dengan Doksologi
dan umat menjawab dengan “Amin” tiga kali, lalu misdinar
membunyikan lonceng panjang hingga selesai “Amin” dinyanyikan.
Apabila tidak dinyanyikan, lonceng tidak dibunyikan.
Setelah itu,
misdinar bangkit dan kembali ketempat duduknya tapi masih dalam eadaan berdiri
karena Doa Bapa Kami akan dimulai.
6.
Komuni
1.
Doa Bapa Kami- Komuni
Misdinar
tetap berdiri. Lalu saat menerima Komuni, misdinar menerima seperti umumnya dan
berdoa. Setela itu, misdinar langsung mengambil lilin lalu menemani para
Prodiakon membagikan Tubuh dan/atau Darah Kristus. Setelah selesai menemani
Prodiakon, misdinar lalu kembali bersama Prodiakon dan mengembalikan lilin,
lalu duduk di tempat duduknya.
Setelah
Komuni selesai, dua orang misdinar kembali menuju Kredens. Misdinar lalu
membawa air sisa di ampul tadi lalu mendekati Imam yang memegang piala lalu
menuangkannya. (sebelum dan sesudah
menuangkannya misdinar menghormat lagi ya). Lalu menuju Kredens lagi untuk
meletakkan ampulnya. Lalu, misdinar berjaga apabila Imam mulai meletakkan piala
dan susunannya dan sibori yang digunakan tadi. Apabila Imam mulai meletakkannya,
misdinar lalu mengambilnya dan mengembalikkannya ke Kredens dengan keadaan
rapi.
2.
Doa Sesudah Komuni
Misdinar
berdiri.
IV.
Ritus Penutup
1.
Pengumuman.
Misdinar duduk, tapi setelah Imam duduk. Ketika Imam akan duduk misdinar mengangkat Kasula Imam sehingga Imam tidak mendudukinya.
Misdinar duduk, tapi setelah Imam duduk. Ketika Imam akan duduk misdinar mengangkat Kasula Imam sehingga Imam tidak mendudukinya.
2.
Berkat dan Pengutusan
Misidinar
berdiri untuk menerima berkat.
3.
Perarakan keluar
Setelah
pengutusan, Imam akan mencium Altar kembali. Setelah itu, misdinar langsung
mengambil posisi didepan Altar seperti perarakan masuk tadi dengan memberikan
ruang ditengah untuk Imam. Imam lalu memimpin penghormatan, bisa saja
membungkuk ataupun berlutut. Setela menghormat, misdinar kembali ke Sakristi
dan berdoa. Tapi, ketika perarakan keluar susunan barisan seperti pada saat
masuk tadi. Usahakan berjalan keluar dengan anggun ya.
Misa Pada Hari
Raya secara Umum
Pada Hari Raya,
tidak jauh berbeda dengan Ekaristi Masa Biasa. Berikut perbedaannya.
1.
Saat
perarakan masuk, urutan perarakan misdinar. Misdinar pembawa wiruk dan kemenyan
paling depan. Misdinar pembawa salib dibelakangnya diapit misdinar dua orang
pembawa lilin bernyala, dibelakangya misdinar yang lainnya.
2.
Saat
sebelum mulai perarakan misdinar pemegang dupa mendatangi Imam untuk menaburkan
biji kemenyan (ratus) ke Wiruk yang sudah ada arangnya. Lalu Imam
memberkatinya.
3.
Saat
rombongan perarakan sampai didepan Altar dan setelah Imam selesai mencium
Altar, Kkedua misdinar pemegang dupa tadi mendekati Imam. Lalu misdinar membuka
wiruk, dan Imam menaburkan biji dupa kedalamnya. Lalu misdinar memberikan wiruk
kepada Imam dan mulai mendupai Altar. Misdinar tidak perlu ikut mendampingi
Imam. Setelah selesai Imam mendupai Altar, Imam akan memberikan wiruk kepada
misdinar tadi. Lalu misdinar menghormat ke Imam dan mendupai Imam 2x3 (crek-crek, crek-crek, crek-crek).
Setelah itu menghormat kembali lalu meninggalkan Panti Imam dan meletakkan
Wiruk ditempatnya lalu kembali ketempat duduk dengan menghormat terlebih dahulu
4.
Ketika
Bait Pengantar Injil selesai, misdinar pemegang wiruk dan kemenyan mengambil
wiruk dan kemenyan mereka. Lalu ikut dengan misdinar pembawa lilin mendampingi
Imam dalam membacakan Injil. Misdinar pendupa dibelakang imam. Setelah Imam
selesai dialog “ Tuhan Sertamu,….dst” Imam akan menghadap ke para misdinar
untuk menaburkan kemenyan itu ke wiruk lagi lalu Imam mendupai Evangeliarium.
Setelah itu, Imam memberikannya kepada misdinar. Setelah Injil selesai,
misdinar kembali ketempat duduk setelah mengemblikan barang yang mereka pegang
tadi.
5.
Ketika
persiapan persembahan setelah misdinar selesai menghantarkan air dan anggur,
lalu misdinar pemegang wiruk dan kemenyan langsung datang mendekati Imam. Lalu
Imam akan datang dan mulai menaburkan kemenyan kedalam wiruk lalu mendupai
persembahan dan Altar seperti keadaan yang tadi ketika perarakan masuk. Setelah
mendupa Altar dan persembahan, Imam lalu didupai oleh misdinar seperti yang
tadi dengan aturan 2x3. Lalu
misdinar yang ada di Kredens tadi melanjutkan dengan mencuci tangan dengan
lavabo seperti Misa masa biasa.
6.
Setelah
mendupai Imam, misdinar lalu mendupai umat ditempat yang serasi. Aturan
pendupaannya 1x3 (crek (jeda),crek
(jeda),crek(jeda)). Langkahnya, menghormat umat-meminta umat berdiri dengan
kode tangan- mendupa- meminta duduk dengan kode tangan- menghormat- kembali ketempat
penyimpanan wiruk. Yang menaburkan biji kemenyan disini adalah misdinar
pemegang kemenyan.
7.
Tugas
pendupa selanjutnya ada pada saat DSA. Ketika Kudus dinyanyikan, misdinar semua
mengambil tempat berlutut yang serasi seperti misa Masa Biasa tapi dengan
posisi ditengah pemegang wiruk dan kemenyan. Saat Konsekrasi, ketika Tubuh dan
Darah Kristus diangkat Imam, misdinar mendupai dengan aturan 3x3. Langkahnya, crek-crek-crek (sambil
bunyi gong sekali), crek-crek-crek (sambil bunyi gong sekali), crek-crek-crek
(sambil bunyi gong sekali). Lalu setelah Imam menurunkan Tubuh dan Darah
Kristus, lonceng dibunyikan ketika Imam menghormat seperti misa masa biasa.
Yang menaburkan biji kemenyan disini adalah misdinar pemegang kemenyan.
8.
Tugas
misdinar pendupa untuk mendupa selesai. Ekaristi lalu berjalan seperti misa
Masa Biasa. Misdinar pendupa bisa ikut ambil bagian memegang lilin menemani
Prodiakon membagi Komuni.
Catatan:
1.
Misdinar, setiap kali masuk dan keluar Panti Imam
harus didahului menghormat karena ada Tubuh Kristus di Tabernakel.
2.
Usahakan tata gerak misdinar dilakukan seanggun
mungkin, sehingga tidak malah merusak keadaan dan suasana Misa.
3.
Tata gerak misdinar bisa saja berbeda di tiap gereja
atau paroki. Bisa dikarenakan tata ruang gereja yang berbeda, budaya setempat,
dan berbagai alasan lainnya.
Peralatan-Peralatan Untuk Misa
PIALA (calix = cawan)

Piala melambangkan cawan Sengsara Kristus (“Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku,” Mrk 14:36); dan yang terakhir, piala melambangkan Hati Yesus, dari mana mengalirlah Darah-Nya demi penebusan kita.
PURIFIKATORIUM

Berasal
dari bahasa Latin yang artinya “piring”. Patena, yang sekarang
berbentuk bundar,datar, dan dirancang untuk roti pemimpin Perayaan Ekaristi,
aslinya sungguh sebuah piring.
Dengan
munculnya roti-roti kecil yang dibuat khusus untuk umat yang biasanya disimpan
dalam sibori, fungsi dari patena sebagai piring menghilang. Maka bentuknya
menjadi lebih kecil (Sejak abad 11).
Menurut
PUMR 2000, "untuk konsekrasi hosti, sebaiknya digunakan patena
yang besar, di mana ditampung hosti, baik untuk imamdan diakon, maupun untuk
para pelayan dan umat
Patena,
hendaknya dibuat serasi dengan pialanya, dari bahan yang sama dengan piala,
yaitu dari emas atau setidak-tidaknya disepuh emas. Patena diletakkan di atas
purifikatorium.
PALLA

Palla melambangkan
batu makam yang digulingkan para prajurit Romawi untuk menutup pintu
masuk ke makam Yesus. Palla diletakkan di atas Patena.
CORPORALE

Sehelai
kain lenan putih berbentuk bujur sangkar dengan gambar salib kecil di
tengahnya. Seringkali pinggiran korporale dihiasi dengan renda.
Dalam
perayaan Ekaristi, imam membentangkan korporale di atas altar sebagai alas
untuk bejana-bejana suci roti dan anggur. Setelah selesai
dipergunakan,korporale dilipat menjadi tiga memanjang, lalu dilipat menjadi
tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas Palla.
Urutan
aturan menyusun peralatan-peralatan tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Piala
Purifikatorium+sendok
kecil
Patena (dengan
hosti besar diatasnya)
Pala
Corporal

Berasal
dari bahasa Latin “cyborium” yang berarti “piala dari logam”,adalah bejana
serupa piala, tetapi dengan tutup di atasnya. Siboriadalah wadah untuk
roti-roti kecil yang akan dibagikan dalam Komunikepada umat beriman. Sibori
dibuat dari logam mulia, bagian dalamnyabiasa dibuat dari emas atau disepuh
emas.
PIKSIS


berasal
dari bahasa Latin “monstrans, monstrare” yang berarti“mempertontonkan”, adalah
bejana suci tempat Sakramen Mahakudusditahtakan atau dibawa dalam prosesi.
AMPUL

LAVABO

TURIBULUM

(disebut
juga Pedupaan/wiruk), berasal dari bahasa Latin “thuris” yang berarti “dupa”,
adalah bejana di mana dupa dibakar untuk pendupaan liturgis. Turibulum terdiri
dari suatu badan dari logam dengan tutupterpisah yang menudungi suatu wadah
untuk arang dan dupa; turibulumdibawa dan diayun-ayunkan dengan tiga rantai
yang dipasang padabadannya, sementara rantai keempat digunakan untuk
menggerak-gerakkantutupnya. Pada turibulum dipasang bara api, lalu di atasnya
ditaburkanserbuk dupa sehingga asap dupa membubung dan menyebarkan bau
harum.Dupa adalah harum-haruman yang dibakar pada
kesempatan-kesempatanistimewa, seperti pada Misa yang meriah dan Pujian kepada
Sakramen Mahakudus.
NAVIKULA


berasal
dari bahasa Latin “aspergere” yang berarti “mereciki”, adalahsebatang tongkat
pendek, di ujungnya terdapat sebuah bola logam yangberlubang-lubang,
dipergunakan untuk merecikkan air suci pada orangatau benda dalam Asperges dan
pemberkatan. Bejana Air Suci adalah wadahyang dipergunakan untuk menampung air
suci; ke dalamnya aspergilumdicelupkan.
SACRAMENTARIUM
atau
Buku Misa adalah buku pegangan imam pada waktu memimpin perayaan Ekaristi,
berisi doa-doa dan tata perayaan Ekaristi
Warna Liturgi
Warna
|
Penggunaan Wajib
|
Penggunaan Opsional (sebagai pengganti
warna wajib yang ditentukan)
|
Hijau
|
||
Ungu
|
||
Pink
|
||
Putih
|
·
Misa Requiem
dan ibadat harian untuk arwah di mana Konferensi Uskup setempat telah
memberikan izin.[6]
|
|
Merah
|
·
Pemakaman
Paus (dan kardinal) — merah adalah warna berkabung bagi Paus menurut adat
Bizantium kuno
|
|
Hitam
|
·
Peringatan
Mulia Arwah Semua Orang Beriman
|
JENIS PAKAIAN LITURGI
AMIK

Pakaian putih (Latin: alba = putih) panjang; simbol kesucian dan kemurnian yang seharus-nya
menaungi jiwa diakon/ imam yang me-rayakan liturgi, khususnya Pe-rayaan
Ekaristi. Alba dengan warna putihnya itu sendiri secara simbolis mengingatkan
kita akan komitmen baptis dan kebangkitan. Sebenarnya alba juga boleh dipakai untuk
pelayan altar lainnya, bahkan—meski tidak lazim—untuk lektor dan pemazmur.
SINGLE

Sudah amat lazim bahwa lektor—juga beberapa petugas liturgis lainnya,
seperti pemazmur dan pembagi komuni, bahkan kelompok paduan suara—mengenakan
jubah atau busana semacamnya. Tidak ada aturan khusus untuk itu, juga tidak ada
larangan untuk meneruskan kebiasaan itu. Namun perlu ditegaskan bahwa hal itu
bukanlah keharusan, sehingga tidak ada kewajiban untuk mengadakannya. Justru,
ketika awam atau petugas liturgis yang tidak ditahbiskan berperan dalam
perayaan liturgis, sebaiknya ia tampil dengan busananya sendiri. Tentu saja
busana yang layak dan sopan untuk ukuran publik. Lagipula, seringkali memakai
jubah bagi mereka malah bisa mengundang pemikiran lain (baik secara asosiatif
maupun estetis). Dengan kata lain, tidak semua orang cocok memakai jubah.
Jelasnya, jubah yang sebenarnya diperuntukkan bagi lelaki tentunya jadi
kelihatan aneh jika dikenakan perempuan
SUPERPLI

STOLA

KASULA

Dalmatik dikenakan
setelah stola diakon. Ini adalah busana resmi diakon tatkala bertugas melayani
dalam Misa/Perayaan Ekaristi, khususnya yang bersifat agung/meriah.Busana ini
melambang-kan sukacita dan kebaha-giaan yang merupakan buah-buah dari
pengab-diannya kepada Allah. Warna atau motif dalmatik disesuaikan dengan
kasula imam yang dilayaninya pada waktu Misa. Bentuk dalmatik seolah mirip
kasula, namun sebenarnya mempunyai pola berbeda.Biasanya ada beberapa garis
menghiasinya.
VELUM
Velum adalah semacam kain putih/kuning/emas lebar yang dipakai pada
punggung ketika membawa Sakramen Mahakudus dalam prosesi (ingat saat pemindahan
Sakramen Mahakudus pada bagian akhir Misa Pengenangan Perjamuan Tuhan, Kamis Putih
malam!) dan memberi berkat dengan Sakramen Mahakudus. Memang unsur
busana ini tidak dipakai dalam Perayaan Ekaristi, namun sangat ber-kaitan
dengan Sakramen Ekaristi, yakni dalam adorasi atau penghormatan kepada Sakramen
Mahakudus. Kain semacam itu biasanya dihiasi. Ada juga yang tanpa hiasan, namun
dipakai untuk mem-bawa tongkat gembala dan mitra uskup, ketika seorang uskup
memimpin Perayaan Ekaristi meriah. Velum untuk tongkat dan mitra uskup itu
biasanya berwarna putih saja.
PLUVIALE

Daftar Paus
Dalam Gereja Katolik
No
|
Nama
|
Masa
kepausan
|
Nama lahir
|
1
|
Simon bin Yunus
|
||
2
|
Linus
|
||
3
|
Anacletus
|
||
4
|
?
|
||
5
|
Aristus
|
||
6
|
Alexander
|
||
7
|
Sixtus, Xystus
|
||
8
|
Telesphorus
|
||
9
|
?
|
||
10
|
Pius
|
||
11
|
Anicetus
|
||
12
|
Soter
|
||
13
|
Eleuterus/Eleutherius
|
||
14
|
?
|
||
15
|
Zephyrinus
|
||
16
|
Callixtus/Callistus
|
||
17
|
Urbanus
|
||
18
|
Pontian
|
||
19
|
Anterus
|
||
20
|
Fabianus, Flavianus
|
||
21
|
Kornelis
|
||
22
|
Lusius
|
||
23
|
Stefanus
|
||
24
|
Siktus
|
||
25
|
Dionisius
|
||
26
|
Feliks
|
||
27
|
Eutychianus
|
||
28
|
Gaius, Caius
|
||
29
|
Marselinus
|
||
30
|
Marsellus
|
||
31
|
Eusebius
|
||
32
|
Meltiades
|
||
33
|
Silvester
|
||
34
|
Markus
|
||
35
|
Julis
|
||
36
|
Liberius
|
||
37
|
Damasus
|
||
38
|
Sirikus
|
||
39
|
Anastasius
|
||
40
|
?
|
||
41
|
Zosimus
|
||
42
|
?
|
||
43
|
Selestinus
|
||
44
|
?
|
||
45
|
Leo
|
||
46
|
Hilarius, Hilarus
|
||
47
|
Simplisius
|
||
48
|
?
|
||
49
|
Gelasius
|
||
50
|
Anastasius
|
||
51
|
Symnakus
|
||
52
|
Hormidas
|
||
53
|
?
|
||
54
|
?
|
||
55
|
?
|
||
56
|
Merkurius
|
||
57
|
?
|
||
58
|
Silverius
|
||
59
|
Vigilius
|
||
60
|
Pelagius
|
||
61
|
Yohanes Katelinus
|
||
62
|
Benediktus
|
||
63
|
Pelagius
|
||
64
|
Gregorius
|
||
65
|
?
|
||
66
|
?
|
||
67
|
?
|
||
68
|
Deusdeditus, putra Stefanus
|
||
69
|
?
|
||
70
|
?
|
||
71
|
?
|
||
72
|
?
|
||
73
|
?
|
||
74
|
?
|
||
75
|
?
|
||
76
|
?
|
||
77
|
?
|
||
78
|
?
|
||
79
|
?
|
||
80
|
?
|
||
81
|
?
|
||
82
|
?
|
||
83
|
?
|
||
84
|
?
|
||
85
|
?
|
||
86
|
?
|
||
87
|
?
|
||
88
|
Konstantinus
|
||
89
|
?
|
||
90
|
?
|
||
91
|
Zakarias, putra Polikronius
|
||
92
|
?
|
||
93
|
?
|
||
94
|
?
|
||
95
|
?
|
||
96
|
?
|
||
97
|
?
|
||
98
|
Paskalis Massimi, putra Bonosus
|
||
99
|
?
|
||
100
|
?
|
||
101
|
?
|
||
102
|
?
|
||
103
|
?
|
||
104
|
?
|
||
105
|
?
|
||
106
|
?
|
||
107
|
?
|
||
108
|
?
|
||
109
|
?
|
||
110
|
?
|
||
111
|
?
|
||
112
|
?
|
||
113
|
?
|
||
114
|
?
|
||
115
|
?
|
||
116
|
?
|
||
117
|
?
|
||
118
|
?
|
||
119
|
Sergius
|
||
120
|
Anastasius
|
||
121
|
Lando
|
||
122
|
Yohanes
|
||
123
|
Leo
|
||
124
|
Stefanus
|
||
125
|
Yohanes
|
||
126
|
?
|
||
127
|
?
|
||
128
|
?
|
||
129
|
Agapitus
|
||
130
|
Oktavianus
|
||
131
|
?
|
||
132
|
?
|
||
133
|
Yohanes
|
||
134
|
?
|
||
135
|
?
|
||
136
|
Peter Campenora
|
||
137
|
Yohanes
|
||
138
|
Bruno dari Carinthia
|
||
139
|
Gerbert d'Aurillac
|
||
140
|
Siccone
|
||
141
|
Fasanius
|
||
142
|
Pietro Martino Boccapecora
|
||
143
|
Theophylactus
|
||
144
|
Romanus
|
||
145
|
Theophylactus
|
||
146
|
Yohanes
|
||
147
|
Theophylactus
|
||
148
|
Yohanes Gratianus
|
||
149
|
Suitger, Lord Morsleben & Hornburg
|
||
150
|
Theophylactus
|
||
151
|
Poppo
|
||
152
|
Bruno dari Eguisheim-Dagsburg
|
||
153
|
Gebhard
|
||
154
|
Frederick
|
||
155
|
Gerard
|
||
156
|
Anselmo da Baggio
|
||
157
|
Hildebrand
|
||
158
|
Dauferius atau Desiderius
|
||
159
|
Otto diLagery
|
||
160
|
Raniero
|
||
161
|
Giovanni Caetani
|
||
162
|
Guido dari Burgundi
|
||
163
|
Lamberto
|
||
164
|
Gregorio Papareschi
|
||
165
|
Guido
|
||
166
|
Gerardo Caccianemici
|
||
167
|
Bernardo Paganelli di Montemagno
|
||
168
|
Corrado
|
||
169
|
Nicholas Breakspear
|
||
170
|
Rolando Bandinelli
|
||
171
|
Ubaldo Allucingoli
|
||
172
|
Uberto Crivelli
|
||
173
|
Alberto de Morra
|
||
174
|
Paulo Scolari
|
||
175
|
Giacinto Bobone
|
||
176
|
Lotario dei Conti di Segni
|
||
177
|
Cencio Savelli
|
||
178
|
Ugolino, Count Segni
|
||
179
|
Goffredo Castiglioni
|
||
180
|
Sinibaldo Fieschi
|
||
181
|
Rinaldo
|
||
182
|
Jacques Pantalon
|
||
183
|
Guy Foulques atau Guido le Gros
|
||
184
|
Teobaldo Visconti
|
||
185
|
Peter dari Tarentaise
|
||
186
|
Ottobono Fieschi
|
||
187
|
Petrus Juliani atau Petrus Hispanus
|
||
188
|
Giovanni Gaetano Orsini
|
||
189
|
Simon de Brie
|
||
190
|
Giacomo Savelli
|
||
191
|
Girolamo Masci
|
||
192
|
Pietro del Murrone
|
||
193
|
Benedetto Caetani
|
||
194
|
Niccolo Boccasini
|
||
195
|
Bertrand de Got
|
||
196
|
Jacques d'Euse
|
||
197
|
Jacques Fournier
|
||
198
|
Pierre Roger
|
||
199
|
Etienne Aubert
|
||
200
|
Guillaume de Grimoard
|
||
201
|
Pierre Roger de Beaufort
|
||
202
|
Bartolomeo Prignano
|
||
203
|
Pietro Tomacelli
|
||
204
|
Cosma Migliorati
|
||
205
|
Angelo Correr
|
||
206
|
Oddone Colonna
|
||
207
|
Gabriele Condulmer
|
||
208
|
Tommaso Parentucelli
|
||
209
|
Alfonso Borgia
|
||
210
|
Enea Silvio Piccolomini
|
||
211
|
Pietro Barbo
|
||
212
|
Francesco della Rovere
|
||
213
|
Giovanni Battista Cibo
|
||
214
|
Rodrigo Borgia
|
||
215
|
Francesco Todeschini-Piccolomini
|
||
216
|
Giuliano della Rovere
|
||
217
|
Giovanni de'Medici
|
||
218
|
Adrian Florensz
|
||
219
|
Giulio de'Medici
|
||
220
|
Alessandro Farnese
|
||
221
|
Giovanni Maria Ciocchi
|
||
222
|
Marcello Cervini
|
||
223
|
Gian Pietro Carafa
|
||
224
|
Giovan Angelo de'Medici
|
||
225
|
Antonio-Michele Ghislieri
|
||
226
|
Ugo Buoncompagni
|
||
227
|
Felice Peretti
|
||
228
|
Giambattista Castagna
|
||
229
|
Niccolo Sfondrati
|
||
230
|
Giovanni Antonio Facchinetti
|
||
231
|
Ippolito Aldobrandini
|
||
232
|
Alessandro de'Medici
|
||
233
|
Camillo Borghese
|
||
234
|
Alessandor Ludovisi
|
||
235
|
Maffeo Barberini
|
||
236
|
Giovanni Battista Pamfili
|
||
237
|
Fabio Chigi
|
||
238
|
Giulio Rospigliosi
|
||
239
|
Emilio Altieri
|
||
240
|
Benedetto Odescalchi
|
||
241
|
Pietro Ottoboni
|
||
242
|
Antonio Pignatelli
|
||
243
|
Giovanni Francesco Albani
|
||
244
|
Michelangelo dei Conti
|
||
245
|
Pietro Francesco-Vincenzo Maria-Orsini
|
||
246
|
Lorenzo Corsini
|
||
247
|
Prospero Lambertini
|
||
248
|
Carlo Rezzonico
|
||
249
|
Giovanni Vincenzo
Antonio-Lorenzo-Ganganelli
|
||
250
|
Giovanni Angelo Braschi
|
||
251
|
Barnaba-Gregorio-Chiaramonti
|
||
252
|
Annibale della Genga
|
||
253
|
Fracesco Saverio Castiglioni
|
||
254
|
Bartolomeo Alberto-Mauro-Cappelari
|
||
255
|
Giovanni M. Mastai-Ferretti
|
||
256
|
Gioacchino Pecci
|
||
257
|
Giuseppe Sarto
|
||
258
|
Giacomo della Chiesa
|
||
259
|
Achille Ratti
|
||
260
|
Eugenio Pacelli
|
||
261
|
Angelo Giuseppe Roncalli
|
||
262
|
Giovanni Battista Montini
|
||
263
|
Albino Luciani
|
||
264
|
Karol Jozef Wojtyla
|
||
265
|
Joseph Alois Ratzinger
|
||
266
|
2013-sekarang
|
Jorge Mario Bergoglio
|
Yesaya, “Inilah aku, utuslah aku”
Selamat
Belajar dan Berlatih
Jadilah Malaikat-Malaikat Kecil untuk Melayani Tuhan
“Tuhan Memberkati Kita”
Terima kasih untuk materinya, apakah boleh membagikan tata gerak dan tugas misdinar sesuai TPE 2020?
BalasHapusDan saya mau bertanya apakah di TPE baru ini saat bahan persembahan (kotak kolekte)diarak ke altar perlu di antar oleh misdinar?
Krn sy sering melihat di stasi sy saat persembahan di antar dengan didampingi misdinar dengan membawa lilin. Kira2 apa makna misdninar memegang lilin saat mengantarkan persembahan ?